中文 | Bahasa Indonesia | English

T: Dok, saya khawatir dengan penyakit jantung. Apa yang bisa saya lakukan?

Pertama, kita harus memahami terlebih dahulu mengenai apa yang sedang kita diskusikan di sini. Ada banyak jenis penyakit jantung termasuk kelainan katup jantung, tekanan darah tinggi, kelainan pada otot jantung (yang disebut kardiomiopati) dan kelainan pada sistem kelistrikan jantung. Dari semua itu, kami lebih fokus pada penyakit arteri koroner dan pencegahannya. Pada saat ini, kita dihadapkan pada banyak sekali jenis tes yang dapat dilakukan, termasuk apa yang disebut dengan CT Coronary Imaging (pencitraan CT coroner) "dosis rendah" yang mana hal ini akan dibahas pada bagian lain.

Setiap pasien itu unik sehingga tidak ada istilah formula sederhana!! Secara umum, kami perlu mengetahui apakah Anda termasuk golongan berisiko tinggi, rendah atau pertengahan, untuk mendapat apa yang disebut dengan kejadian koroner (seperti serangan jantung, kematian mendadak, dan nyeri dada). Hal ini bergantung pada banyak faktor termasuk genetik, jenis kelamin, atau apakah Anda seorang perokok, memiliki diabetes, tekanan darah tinggi, lemak darah dan tentu saja gaya hidup Anda, dll. Disini sangat penting untuk diketahui bahwa memiliki kadar kolesterol yang tinggi tidak selalu berarti Anda berisiko tinggi terserang kejadian koroner. Ada banyak orang, terutama wanita, yang memiliki kadar kolesterol tinggi dan ternyata mereka berumur panjang! Di sisi lain, bisa jadi Anda adalah seorang yang masih muda, memiliki kebiasaan merokok dan memiliki diabetes, dan meskipun kadar kolesterol Anda "normal", namun bisa jadi risiko Anda terkena kejadian kardiak (jantung) termasuk serangan jantung justru lebih tinggi.

Tes treadmil stress pada umumnya digunakan sebagai tes pemeriksaan untuk penyakit arteri koroner dan seringkali disertakan ke dalam berbagai jenis "paket" pemeriksaan kesehatan (medical check-up). Sangat penting untuk memahami apa sesungguhnya tujuan tes ini dan yang lebih penting lagi adalah mengetahui keterbatasannya. Tes ini didesain untuk mendeteksi secara signifikan arteri koroner yang tersumbat namun sensitifitasnya hanya mencapai 68%. Ini berarti bahwa jika kita memiliki 100 orang dengan sumbatan arteri koroner yang signifikan, paling tidak kita dapat mendeteksi sekitar 2/3 dari jumlah tersebut. Sedangkan 1/3 lainnya, hasil tes-nya bisa jadi normal (negatif palsu). Selain itu, tes treadmill stress ini tidak dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit yang terdapat di pembuluh atau cabang pembuluh kecil, dan yang lebih penting lagi adalah, bahwa tes ini tidak dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit koroner tingkat awal dimana diameter dari arteri yang menyempit belum dapat ditentukan. Pencitraan CT koroner (CT Coronary Imaging) saat ini digunakan untuk mengatasi masalah penting seputar deteksi dini, akan tetapi karena saya akan menjelaskan ini di bagian lain, maka akan ada penjelasan tersendiri mengenai keterbatasan dan permasalahannya, diantaranya adalah radiasi yang akan diterima oleh seorang pasien dalam jumlah yang relatif kecil.

Secara umum, sebuah tes "stres" (stress test) mengindikasikan kemungkinan akan rendahnya arteri yang tersumbat dan ini merupakan prognosa yang bagus. Oleh karena itu, disini saya ingin mengangkat isu tentang apa yang saya sebut… "seberapa besar anda dapat hidup dalam ketidakpastian?"…dan apakah seseorang harus menjalani CT Imaging. Apabila seseorang tidak memiliki faktor penyebab dan katakanlah kedua orang tuanya hidup hingga usia delapan puluh atau sembilan puluh tahunan, maka dengan senang hati saya akan menyarankan bahwa sebaiknya kita hentikan saja serangkaian tes setelah tes treadmill stress ini. Dan saya yakin sebagian besar pasien akan sependapat dengan saya. Tapi, jika seseorang memiliki riwayat keluarga yang banyak menderita penyakit koroner atau memiliki beberapa faktor resikonya, menurut saya tidak ada alasan untuk tidak melakukan CT Coronary Imaging walaupun hasil tes treadmill-nya normal. Di antara hal-hal di atas, "pengetahuan" dan implikasi dari CT Coronary Imaging termasuk resiko bisa membuka tabir kotak Pandora bahwa apakah prosedur coronary angiogram perlu dilakukan atau tidak.

Saya juga ingin menambahkan disini bahwa jika Anda adalah seorang perokok dan hasil tes treadmill stress Anda normal, itu tidak berarti Anda terhindar dari serang jantung karena sumbatan yang ada di arteri koroner Anda, sehingga membuat Anda bebas melanjutkan kebiasaan buruk tersebut. Ketimbang harus mengulang tes latihan treadmill stres atau CT scan untuk menghilangkan kecemasan Anda, akan jauh lebih baik dan cerdas jika Anda memutuskan untuk berhenti merokok sama sekali!!

T: Dok, haruskah saya melakukan CT angiogram koroner (Scan Jantung) seperti yang
    dilakukan teman-teman saya?

Sekali lagi, pertanyaan ini tidak cukup dijawab hanya dengan jawaban ya dan tidak!! Saya beranggapan bahwa pasien tersebut tidak mengalami gejala apapun dan hanya menginginkan "check-up" biasa saja. Apabila seseorang merasakan gejala sugestif penyakit koroner seperti nyeri dada (angina) atau gagal jantung atau hasil tes treadmill stress yang meragukan, maka akan lebih baik jika ia melanjutkan prosedur "pemetaan" arteri koroner dengan arteriografi koroner invasif daripada melakukan CT imaging.

CT Coronary Imaging (Pencitraan CT coroner) saat ini banyak dimasukkan ke dalam program pemeriksaan kesehatan "platinum" yang mana menurut pendapat saya langkah tersebut tidak sepenuhnya tepat. Pasien seringkali tidak diberikan informasi yang cukup tentang jumlah radiasi baik yang absolut maupun relatif yang akan mereka terima, dan juga hal-hal yang menjadi pemicu kelanjutan tes-tes yang dilakukan kemudian, termasuk juga arteriografi koroner invasif dan bahkan penanaman stent koroner.

Tentu, dengan coronary imaging "dosis rendah", kita dapat memvisualisasikan arteri koroner dengan baik termasuk juga gambaran yang menarik dari teknologi tersebut (belum terbukti) yang disebut "plaque bulnerability" (plak kerentanan), yaitu apakah plak tersebut bisa pecah dan menyebabkan serangan jantung. Jumlah rata-rata radiasi bagi seseorang yang melakukan scan ini diperkirakan sekitar 1-2 millisievert (mSv) yang mana sama dengan sekitar 50-100 kali radiasi rontgen dada. (dosis radiasi untuk sekali rontgen dada standar adalah sekitar 0.02 mSv. 1-2 mSv dibagi dengan 0.02 sama dengan sekitar 50-100 kali rontgen dada). Diharapkan dengan mesin generasi saat ini, jumlah paparan radiasi bisa diturunkan. Ini adalah perkembangan yang sangat bagus apabila dibandingkan dengan mesin-mesin yang ada beberapa tahun yang lalu ketika paparan radiasihampiri 6-8 kali lebih besar.

Informasi yang diperoleh dari CT Coronary Imaging ini sangat berharga namun harus ditafsirkan dengan sangat hati-hati. Dalam banyak kasus, sangat penting untuk mendiskusikan hasil pencitraan tersebut dengan ahli radiologi berpengalaman karena terkadang dalam hal ini artefak (gambaran yang meragukan) bisa saja muncul.

Apa saja skenario yang mungkin dilakukan setelah CT koroner? Pertama adalah bahwa kita mengangkat sumbatan yang sangat berbahaya yang dapat mengancam jiwa seseorang, serta dapat mempengaruhi arteri koroner proksimal sehingga membutuhkan operasi bypass jantung, dan dengannya kita bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Dari pengalaman saya, ini sangat jarang terjadi pada seseorang yang tidak meengalami gejala apapun dan yang hasil tes treadmill stress-nya normal-normal saja. Kedua, kami pernah memiliki hasil scan yang menunjukkan tidak ada kalsifikasi (pengerasan) baik pada arteri koroner dan arteri asal. Ini tentu saja merupakan hasil yang menggembirakan. Karena kejadian seperti ini tidak biasa terjadi bahkan pada wanita post-menopause yang berusia tua sekalipun.

Skenario memungkinkan lainnya adalah ketika kita memeriksa seseorang yang lebih berumur, tanpa diduga, terdapat sedikit kalsifikasi atau pengerasan arteri atau penyempitan lainnya. Pada beberapa laporan bahkan terdapat estimasi visual sebesar 50%, 65%, 75% atau bahkan hingga mencapai 90%. Angka-angka ini harus dilihat dengan menyertakan kecurigaan bahwa hasil CT Imaging tidak selalu tepat (tidak seperti halnya arteriografi arteri) ditambah pula mata kita atau estimasi visual yang tentu tidak selalu akurat dalam melihat sesuatu. Pasien selalu ketakutan saat melihat angka penyempitan 90%, dan mereka mengira bahwa mereka akan meninggal jika angkanya berubah menjadi 100%. Pada beberapa pasien terutama yang memiliki diabetes, terdapat kalsifikasi berat dan disini nyaris tidak mungkin untuk memperkirakan seberapa sempit arteri mereka. Seringkali hasil laporan akan menyebutkan bahwa ada kalsifikasi berat dan bahwa penyempitan tidak dapat dihitung dan maka dari itulah angiografi invasif sangat direkomendasikan kepada mereka. Jadi, satu tes akan berlanjut pada tes lainya….Inilah skenario yang harus didiskusikan dengan pasien tertentu terutama mereka yang sudah berumur, dan jika pencitraan CT koroner dilakukan…maka terbukalah tabir si kotak Pandora!!

T: Dok, bagaimana dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dari arteri koroner?

MRI Imaging (Pencitraan MRI) dari arteri koroner baru-baru ini banyak dipromosikan di beberapa pusat diagnostik. MRI tidak melibatkan penggunaan radiasi dan inilah nilai jual yang sering dikedepankan. MRI seluruh tubuh bahkan saat ini telah dimasukkan ke dalam beberapa program pemeriksaan kesehatan. MRI Imaging untuk struktur organ yang relatif tak bergerak seperti otak, sumsum tulang belakang serta arteri kepala dan leher telah banyak digunakan. Sedangkan untuk struktur organ yang relatif bergerak seperti arteri koroner, hasil pencitraannya relatif kurang bagus terutama pada masa yang lalu. Namun seiring berkembangnya teknologi, sekarang kita dapat melihat dengan jelas arteri koroner. Permasalahannya adalah bahwa artefak (gambaran yang meragukan) tidak jarang ditemukan dan pada saat ini, hasil pencitraan MRI tidak sejelas seperti pencitraan dengan CT scan. Semoga di masa mendatang, kita dapat memvisualisasikan arteri koroner dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi.

T: Dok, haruskah saya menjalani coronary angiogram (kateterisasi jantung) dan jika
    dokter menemukan ada sesuatu, apakah itu bisa dihilangkan dengan stent?

Disini saya beranggapan bahwa ada alasan yang kuat bagi Anda untuk menjalani angiogram koroner invasif (invasive coronary angiogram). Apabila seorang pasien mengalami apa yang disebut sindroma koroner akut atau serangan jantung akut, maka angiogram koroner invasif darurat atau semi-darurat dengan kemungkinan penanaman stent segera, merupakan langkah tepat untuk dilakukan. Namun, jika Anda memiliki penyakit koroner kronis yang stabil dengan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala sama sekali, maka langkah ini patut dipertimbangkan.

Sekarang, mari kita perjelas lebih dulu alasan mengapa prosedur angiogram koroner baik yang dilakukan secara invasif melalui tusukan jarum ataupun melalui CT Coronary Imaging perlu dilakukan. Ini adalah pertanyaan yang saya sendiri akan tanyakan jika saya akan menjalani prosedur tersebut. Alasan utama adalah untuk memastikan bahwa kita tidak sedang mengalami apa yang saya sebut penyakit koroner proksimal akut yang melibatkan pembuluh utama yang tentunya akan "mengancam jiwa". Dalam banyak kasus, ketika kita sedang megnhadapi penyakit serius, operasi bypass koroner biasanya akan direkomendasikan untuk Anda.

Dengan pesatnya penggunaan CT Coronary Imaging saat ini, banyak pasien yang sehat dengan tanpa gejala (dan bahkan hasil tes treadmill stress-nya pun normal) yang terdiagnosa dengan penyakit koroner. Dalam beberapa kasus, pemasangan stent koroner dilakukan segera setelah angiogram. Ini terdengar sangat menarik dan hemat biaya karena pasien merasa bahwa mereka telah menjalani dua proses dalam satu prosedur ("two for one") dan bahwa mereka merasa permasalahan mereka selesai pada satu kunjungan ke dokter saja.

Ada kasus tertentu dimana pendekatan seperti di atas akan terasa masuk akal dan saya sendiri dalam banyak kesempatan pernah mengambil keputusan untuk melakukan pendekatan khusus ini. Pada umumnya, mereka adalah pasien yang memiliki gejala atau beberapa bukti yang jelas berupa kurangnya aliran darah di jantung yang secara klinis membutuhkan intervensi.

Jadi pertanyaan tentang pemasangan stent koroner setelah dilakukannya angiogram pada penyakit koroner yang stabil menurut saya adalah prioritas nomor dua dan ini sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu dengan pasien dalam kondisi yang seimbang dan tenang. Bertanya kepada pasien apakah ia ingin arterinya ditanam stent pada saat dia berbaring di atas tempat tidur dengan selang yang terpasang di pangkal paha ataupun di pergelangan tangannya, itu bukanlah yang dimaksud dengan kondisi yang "seimbang" menurut saya. Penanaman stent koroner bukanlah langkah penyembuhan dan sudah tentu tidak akan "membersihkan" apapun. Pada kenyataannya, jika dipasang terlalu dini, langkah tersebut justru bisa akan merugikan Anda. Ada banyak pasien dengan anatomi yang kompleks dimana mereka membutuhkan sebuah diskusi mengenai informed choice atau segala informasi seputar pengobatan dan perawatan serta terapi alternatif termasuk keputusan untuk operasi atau sekadar minum obat dan perubahan gaya hidup Anda, maka idealnya hal seperti ini dijelaskan oleh seorang dokter.

T: Dok, manakah yang lebih baik? Operasi bypass jantung atau pemasangan stent?

Saya kira pemetaan arteri koroner bisa dilakukan melalui CT Imaging maupun arteriografi koroner invasif (kateterisasi jantung) dengan baik dan dengannya berbagai "penyumbatan" telah berhasil pula ditemukan.

Pertanyaan pertama yang akan saya ajukan kepada pasien adalah apakah ada kebutuhan untuk melakukan salah satu dari prosedur revaskularisasi ini atau tidak sama sekali!! Karena, apabila hanya karena ada penyempitan di arteri koroner, maka itu tidak berarti kita harus memaksakan kehendak untuk menjalani prosedur baik itu penanaman stent koroner ataupun operasi bypass.

Pada umumnya, operasi bypass koroner lebih cocok untuk pasien yang usianya lebih tua, yang disertai dengan penyumbatan yang parah di beberapa pembuluh arteri; beberapa pembuluh tersebut mungkin saja benar-benar tersumbat total dan oleh karena itulah tidak mungkin untuk menjalani prosedur angioplasty ataupun penanaman stent. Di sisi lain, penanaman stent koroner adalah pilihan pengobatan untuk pasien yang memiliki penyakit yang lebih serius ataupun khusus. Dengan perkembangan teknologi stent saat ini, banyak penyakit yang kompleks dimana dulu ditangani dengan operasi kini bisa dilakukan dengan penanaman stent. Umumnya, keputusan yang jelas apakah dilakukan operasi atau penanaman stent pada seorang pasien memberikan hasil yang cukup konsisten. Operasi menawarkan manfaat yang lebih banyak namun tentu trauma setelahnya akan lebih besar. Pada penderita diabetes dengan penyumbatan multiple (lebih dari satu), dari beberapa percobaan yang pernah dilakukan, operasi bypass terbukti lebih efektif dibandingkan dengan multiple stenting (penanaman stent lebih dari satu) dalam mencegah serangan jantung dan memberi harapan hidup lebih lama namun ada risiko stroke yang cukup besar pada satu bulan pertama setelah operasi.

Penanaman stent juga menguntungkan pasien dengan memberikan tingkat kesembuhan yang sama dengan operasi namun kelemahannya -- berdasarkan pada bekas luka di area stent dan kekambuhan penyakitnya -- pasien harus menjalani prosedur ini lagi di waktu mendatang termasuk kemungkinan dilakukannya operasi. Selain obat yang terkandung dalam stent, dua jenis obat pengencer darah harus diminum setidaknya selama setahun atau pada beberapa kasus bahkan seumur hidup. Stent yang sudah ditanam di arteri koroner tidak dapat diangkat kembali. Jadi, hal yang membuat cemas seorang pasien adalah sebuah kenyataan bahwa banyak pasien mengulangi tes-tes tersebut baik itu dengan CT angiogram ataupun angiogram invasif karena setiap tahun saat pasien-pasien ini menemui dokter, mereka akan selalu bertanya, "Bagaimana kondisi stent saya?".

Jadi sebenarnya tidak ada jawaban instan ataupun mudah untuk pertanyaan seperti di atas. Anatomi dari setiap pasien, kondisi medis dan saya harus mengapresiasi setiap keinginan dan harapan mereka yang tentu berbeda antara satu pasien dan yang lainnya. Tentu selalu ada opini yang berbeda dan memang demikian adanya. Seorang ahli bedah secara tak terduga akan menginginkan operasi dan orang-orang seperti saya ini yang memilih melakukan prosedur ini tidak lain hanya menginginkan yang terbaik bagi pasien. Musyawarah dan pertimbangan dalam hal ini mungkin akan menjadi fokus utama Anda.



T: Dok, kadar kolesterol saya tinggi. Haruskah saya mengonsumsi obat penurun
    kolesterol (contoh a statin) seperti yang banyak dilakukan oleh teman dan
    kolega saya?

Obat golongan Statin (Simvastatin, Atorvastatin dan Rosuvatstatin) telah merevolusi pengobatan penyakit arteri koroner selama 30 tahun terakhir. Pada umumnya, jika Anda termasuk kelompok berisiko tinggi, pengobatan jangka panjang akan lebih besar manfaatnya bagi Anda daripada potensi efek sampingnya. Oleh karena itulah, jika Anda telah terbukti memiliki penyakit arteri koroner (contohnya serangan jantung di masa lalu, operasi bypass atau penanaman stent), maka keputusan menurunkan kadar kolesterol jahat atau LDL, dengan a statin adalah keputusan yang cukup tepat. Bahkan jika Anda tidak memiliki gejala apapun dan risiko "absolut" Anda tinggi, seperti riwayat keluarga, beberapa faktor penyebab lain termasuk diabetes atau Anda telah terbukti memiliki penyakit koroner okult (occult coronary) yang terlihat melalui hasil CT Imaging misalnya, maka Anda termasuk yang disarankan mengkonsumsi obat ini.

Hal yang lebih kontroversial adalah apa yang disebut sebagai pasien "sehat" namun mereka harus mengonsumsi obat ini seumur hidup. Fenomena ini sekarang merajalela akibat meluasnya program "skrining" atau pemeriksaan kesehatan. Ada beragam pendapat dalam masalah ini dan saya bersimpati dengan para pasien yang dibingungkan dengan hal tersebut. Sebagai seorang dokter, saya harus mengakui bahwa jauh lebih mudah bagi saya untuk tidak menambah penderitaan pasien dan memulai saja pengobatan segera. Karena kami diperbolehkan untuk memberikan obat sebagai bagian dari peran kami di dunia ini, maka otomatis akan ada keuntungan ekonomis yang kami dapat sebagai seorang dokter. Pasien pun akan merasakan sensasi lega saat melihat kadar kolesterol mereka turun!! Namun jika saya seorang pasien dan harus mengonsumsi obat-obatan seumur hidup, maka saya lebih memilih menderita saja.

Kami berurusan dengan kemungkinan dan bukan dengan kepastian. Sementara mengonsumsi statin mungkin dapat menurunkan risiko Anda untuk katakanlah terkena serangan jantung secara statistik, Anda harus mengetahui bahkan dengan kadar kolesterol rendah sekalipun, Anda tetap berisiko terkena serangan jantung karena tidak ada perlindungan 100% dalam pengobatan modern!! Selain itu, bisa jadi Anda adalah satu dari banyak pasien yang mendapatkan pengobatan yang sebenarnya tidak Anda butuhkan. Ada banyak pasien yang memiliki kadar kolesterol tinggi yang bisa hidup hingga usia tua. Saat ini, ada banyak jenis tes yang spesifik, yang dapat membantu kita memutuskan apakah kita perlu pengobatan atau tidak. CT Imaging telah kita bicarakan di atas tetapi apakah Anda benar-benar ingin diradiasi daripada mengubah gaya hidup Anda? Dalam kasus tertentu, saya pernah menggunakan ultrasonografi katrotid untuk melihat apakah ada penebalan dan pembentukan plak di arteri carotid pasien. Jika ada, maka dapat diasumsikan bahwa ada pembentukan plak juga di arteri koronernya dan dalam hal ini pengobatan dengan obat mungkin diperlukan.

Sayangnya, tidak ada makan siang yang gratis!! Pengobatan statin jangka panjang dapat menyebabkan berbagai efek samping beberapa diantaranya adalah sering mengalami tanda-tanda penuaan yang seringkali hampir tidak kentara dan tidak disadari seperti berkurangnya daya ingat atau menurunnya kecerdasan. Jadi seseorang harus waspada sebelum memutuskan untuk mengonsumsi pil-pil tersebut seumur hidup mereka.

Disini saya juga akan menambahkan sedikit catatan filosofis tentang batasan-batasan obat dan ketidaksesuaian harapan pasien. Sebuah studi baru-baru ini dari Cleveland Clinic yang menggunakan ultrasonografi koroner menunjukkan bahwa bahkan dengan kadar kolesterol sangat rendah, sekitar 1/3 pasien menunjukkan adanya perkembangan dalam penyakit mereka. Jadi, penelitian tersebut adalah untuk hal baru untuk melihat apakah kita dapat menghentikan proses penyakit dan ada sejumlah komponen baru yang menarik yang sedang diuji. Sayangnya, dalam kedokteran, kami sering mendapatkan sebuah hal baru yang dapat menurunkan penanda penyakit namun saat kami tes pada saat percobaan, seringkali tidak ada manfaatnya dan dalam beberapa kasus, malah justru merugikan jika dilakukan, misalnya Terapi Sulih Hormon (TSH) / Hormone Replacement Therapy pada wanita paska-menopause. Jadi, menurut saya kita tetap harus berhati-hati dalam berharap.



T: Pengujian, Kesehatan, dan Ketidakpastian?

Pada kesempatan ini saya bermaksud untuk menyampaikan permasalahan penting mengenai pengujian/tes berkala dan kesehatan secara umum. Kita semua pasti khawatir apakah kita mempunyai hidup yang panjang dan sehat. Dalam kecemasan kita tersebut, banyak orang percaya bahwa mengunjungi dokter, pengujian/tes kesehatan, serta prosedur medis bisa membawa kita kepada kesehatan itu sendiri. Cara inilah yang kerap didengungkan oleh pelaku bisnis yang besar dengan promosi harian yang mereka lakukan di koran. Sayangnya, kita semua harus sadar bahwa pengujian/tes yang dipromosikan itu adalah hanya pengujian yang sederhana dan itu sama sekali tidak mengindikasikan tingkat kesehatan saat ini ataupun di masa depan. Sungguh, saya sering melihat para pasien yang sedang cemas melakukan serangkaian pengujian/tes medis termasuk CT Koroner Angiogram.

Tidak ada pengujian/tes dalam dunia kesehatan yang sempurna. Anda mungkin tidak mempunyai penyakit, dan mungkin saja pengujian/tes yang dilakukan mempunyai hasil yang tidak normal (positif palsu). Sebagai contoh, "Stress Test" (Pengujian Ketahanan) yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit jantung dan ternyata banyak pasien memiliki hasil mendekati batas tertinggi (positif palsu) dan para pasien ini diberi tahukan bahwa hasil mereka adalah "abnormal" (tidak normal) dan ini sering merujuk pada dilakukannya beberapa tes lanjutan termasuk CT Angiografi, bermacam "Imaging Test" (test dengan pencitraan) dan bahkan arteriografi invasif.

Anda bisa saja memiliki penyakit yang berat seperti kanker dan ternyata tumor marker (penanda tumor) masih dalam batas normal (negative palsu). Dan seperti yang saya jelaskan sebelumnya, "Treadmill Stress Test" mungkin saja memiliki hasil yang normal dan ternyata ada beberapa pembuluh arteri yang tersumbat.

Kehidupan ini memiliki banyak ketidak pastian dan sayangnya, walaupun kita suka atau tidak, kita tidak mungkin untuk memastikan jaminan kesehatan kita di masa yang akan datang. Kita tentunya dapat menjalankan tes (pengujian) dan prosedur yang mahal serta pemindaian (scan). Saya kadang melihat pasien yang merokok dan tidak peduli akan kesehatan mereka yang percaya bahwa dengan adanya pengujian/tes berulang (seringnya dengan paparan radiasi), mereka dapat melanjutkan gaya hidup mereka yang tidak sehat itu. Dan saya berfikir baik anda ataupun saya pasti setuju ini bukanlah sesuatu yang bisa diterima dengan akal sehat.

Dalam pandangan saya, aspek terpenting dari peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit adalah bahwa setiap pasien harus memiliki informasi yang benar, termotivasi, dan berperan aktif dalam mengetahui faktor resiko masing-masing dalam rangka untuk mengetahui permasalahan kesehatan mereka yang beragam dan penentuan keputusan mengenai pengujian/tes atau prosedur apa yang sesuai untuk dilakukan. Dan pada akhirnya, kita semua harus bisa menerima bahwa tidak ada jaminan/kepastian mengenai apa yang terjadi dengan kesehatan kita di masa yang akan datang dan bahwa ketidak pastian adalah bagian dari hidup kita.



 

Back To Top Of Page








Mount Elizabeth Medical Centre #06-07, 3 Mount Elizabeth, Singapore 228510
Telephone: (65) 6333 8383 / Facsimile: (65) 6333 8338 / E-Mail: info@heartclinic.com.sg / Emergency: (65) 6535 8833